Jumat, 10 Februari 2017

Bulan Purnama berperiode

Dia dwiku.
Dwi purnamaku, namanya kuganti karena aku suka bulan purnama.
Dan dia juga suka.
Suka namanya jadi purnama.
Dia, yang 8 tahun telah berlalu tapi masih harum.
Harumnya dihatiku.
Harumnya dimataku.
Membasahi jiwaku.
Aku masih menatap bayangannya sejauh matahari melemparkan teriknya.
Tak terhingga.
Ingatanku menari setiap kali kulihat bulan.
Bulan melengkungkan senyumnya.
Bulan sebundar matanya.
Bulan bercahaya seperti wajahnya.
Hai bulanku,
Yang selalu menjadi impian tergelapku,
Yang hanya dengan mendengar namanya saja mampu membuatku mengiris memoriku,


Bulanku,
Jarang aku melihatmu karena aku harus bekerja dan tidur tepat waktu,
Aku harus menjalani rutinitasku,

Bulan,
Malam ini kau cerah,
Cahayamu indah,
Apa kau sedang bahagia bulan?
Apa kau sedang meluapkan indahnya harimu bulan?


Bulan,
Aku yang harusnya sudah beristirahat mulai melupakan lelahnya kantukku,
Aku terus memandangmu dan berharap kau akan selalu terlihat untukku bulan,
Aku tau kau sangat jauh,
Aku tau jangkauku takkan bisa meraihmu,
Aku tau aku hanya bisa memandangmu,
Itu semua sudah cukup bagiku.


Bulan,
Jangan pudar,
Teruslah berpendar,
Tetaplah beredar dibumiku.

Bulan,
Jangan biarkan awan gelap menahanmu,
Lawan dia bulan,
Kau bulan terkuat di langit,
Kau hanya satu di planetku,
Kau tau dirimu istimewa bulan.


Bulan,
Semua orang mencintaimu,
Tanpamu langit tak berwarna.


Bulan,
Jangan hilang,
Bulan,
Lawan dia.
Bulan,
Aku menantimu.
Tetap aku disini hingga kulihat kau terang kembali,
Takkan ku beranjak walau sesenti,
Bulan,
Aku tak berharap bisa punya rumah dihatimu,
Aku takkan berani membeli hak untuk kunikmati sendiri,
Aku hanya ingin melihatmu terang,
Dengan begitu aku akan tenang.


Bulan,
Jangan takut,
Kau lebih dari sekedar benda langit.
Kau alarmku untuk mengingatnya.


Teruslah purnama bulan,
Teruslah berperiode.
Aku mencintaimu, sepihak saja.




Tmd. 😊